DOMINASI BARAT DAN RESPON ISLAM
(Menelusuri relasi Barat dan Timur Dalam Lintas Sejarah)
Oleh. Muhammad Iwan Abdi, S.PdI
ABSTRAC
If we see West and East relationship in contemporary era, hence we would meet inharmonious relationship, mutually accusing and antithesis attitude disperse, apathetic and sometimes impress is anarchic. Though if we refered back relationship which have ever intertwined between both in in perpective history, both have ever braided good relationship and continuation in the case of orthogonal transformation and also development of science. But happened now the harmonious relationship have turned into the relation of disharmonis causing both is each other is unconvinced. This ought to be searched by the problems root. present West domination, actually not be quit of role of Islam man of science which have many giving contribution of development of sciences in a period of to emasan Islams.
KATA KUNCI : Barat, Timur, relasi dan respon
"Sesungguhnya yang saya maksud dengan agama adalah
Islam sebagaimana yang diturunkan dengan Al-Qur'an,
sebagaimana yang diserukan oleh Rasul yang mulia
dan diterima oleh para sahabatnya,
sebagaimana dipahami oleh arus moderat Islam
sebagai sebuah risalah (misi) universal yang terpadu dan seimbang,
siap berdialog,
menerima pembaharuan,
mencerahkan akal dan jiwa,
membahagiakan pribadi da masyarakat,
dan menghimpun antara kebaikan dunia dan akhirat
(Syakib Arselan)
Secara terang-terangan, sebagian umat Islam menunjukkan antipatinya—ketakutan dan kekhawatiran—dalam merespon setiap pemikiran dan aliran yang dianggap baru yang merambah dunia Islam di segala bidang. Kecendrungan yang kemudian muncul adalah, sikap menutup diri dan berusaha melindungi nilai-nilai luhur agama dan identitas muslim dari pengaruh negatif pemikiran dan aliran baru tersebut. Bahkan ada yang berkeyakinan bahwa semua itu merupakan sebuah perang atau konspirasi terencana untuk mengahncurkan Islam dan identitas kaum muslim.
Sementara di saat yang sama, kita melihat sebagaian dari umat Islam, memiliki kecendrungan yang menerima kehadiran Timur dan Barat. [1] Mereka mengelu-elukan hal tersebut dan menganggap bahwa kelompok penolak adalah komunitas yang bodoh, konservatif dan terbelakang. Dalam banyak kesempatan, kedua kelompok diatas—yang menolak dan yang menerima—sering kali terlibat dalam perdebatan dan perselisihan panjang tanpa ada solusi yang dapat menjawab permasalahan. Sekalipun dalm perspektif yang berjauhan, keduanya sama-sama menggunakan cara pandanag parsial (snape shot) dan tidak mengkaji permasalahan-permasalahan secara objektif dan konprehensif. Idealnya dalam mensikapi hal ini adalah kita tidak mengambil posisi sebagai pendukung dari salah satu kelompok yang bersiteru, akan tetapi berusaha mensikapinya secara kritis.
Harus diakui, Barat dewasa ini telah mendomisasi dunia. Dominasi ini telah dimulai sejak era renaissance Barat dan tenggelamnya Timur dari masa kejayaannya. Dominasi ini dapat dirasakan pengaruhnya oleh umat Islam dibeberapa bidang, yaitu militer, politik, ekonomi dan budaya. Pertanyaan menarik yang dapat diajukan adalah, bagaimana respon Islam tentang hal ini? Respon-respon tersebut tetap bermunculan hingga sekarang, tetapi apakah berbagai respon tersebut dapat memberikan pencerahan bagi umat Islam yang telah terperangkap dalam lingkar kejumudan yang lebih memfokuskan diri pada pengembangan kajian normatifnya? Hal inilah lebih lanjut akan coba penulis paparkan dalam tulisan ini.
Islam di Era Keemasan
Pada tahun 705 M, Spanyol berhasil dikuasai oleh pasukan Islam di bawah panglima Thariq ibn Ziyad.[2] Hal ini terjadi di masa pemerintahan Khalid al Walid (705-715M). Pada tahun 711 M, Panglima Musa ibn Nushair mengirim Thariq ibn Ziyad beserta pasukannya sebanyak 7.000 orang di kirim ke Spanyol dilatar belakangi oleh dua hal, pertama kemenangnan yang telah diraih oleh pasukan Islam sebelumnya, di bawah panglima Tharif ibn Malik. Kedua, kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visighothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu.[3] Pasukan itu kemudian menyeberangi Selat dan berhenti di sebuah gunung tempat mereka pertama kali mendarat yang dikenal dengan nama Jabal Thariq (Gibraltar).[4] Dengan dikuasainya daerah tersebut, maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Kemudian ditaklukkanlah kota-kota seperti Cordoba, Granada, Toledo, termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa hingga Navarre.[5]
Dalam masa perkembangan Islam selanjutnya, yang berlangsung lebih dari tujuh abad, banyak prestasi telah diukir.[6] Bahkan pengaruhnya membawa Barat dan kemudian dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks serta membawa pencerahan. Kemajuan yang telah diraih mencakup kemajuan intelektual dan kemajuan dalam pengembangan fisik.
Kemajuan intelektual yang telah dicapai diantaranya di bidang filsafat, sains, musik dan kesenisn, serta bahasa dan sastra. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan sejak abad ke-9, yaitu selama pemerintahan Bani Umayyah yang kelima, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M).[7] kita mengenal sosok Ibnu Rusyd dari Cordoba yang Aristotelian pada akhir abad ke-12.[8] Dibidang sains dikembangkan ilmu-ilmu kedoktoran, musik, matematika, astronomi, kimia, sejarah dan geografi.[9] Kemudian di bidang bahasa dan sastra, bahasa Arab dijadikan sebagai bahsa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol, bahkan bahasa setempat menjadi bahasa yang dinomor duakan.
Pembangunan fisik yang dilakukan di Spanyol cukup banyak. Dalam perdagangan, telah dibangun jalan-jalan dan pasar-pasar yang mendukung proses perdagangan. Di bidang pertanian dibangun sistem irigasi yang baru dikenal masyarakat Spantol. Dam-dam, kanal-kanal, saluran skunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Disamping itu juga diperkenalkan pula pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan taman-taman. Dibidang industri dikembangkan tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar.[10]
Kemajuan yang dicapai didukung oleh penguasa-penguasa yang berwibawa, yang dapat mempersatukan kekuatan-kekuatan Islam. Dan juga ditunjang oleh kebijakan-kebijakan yang mendukung dan mempelopori kegiatan-kegiatan ilmiah. Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam di Spanyol. Untuk mereka disediakan hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran agama mereka masung-masing.[11]
Kemajuan dan Dominasi Barat Dalam Perspektif Sejarah
Setelah berakhirnya periode klasik Islam, dimana Islam memasuki masa kemunduran, bangsa Barat mulai bangkit dari keterputukannya. Revivalisme Barat tidak hanya di bidang politik yang ditandai dengan ditaklukkannya kerajaan-kerajaan Islam dan beberapa wilayah lainnya, akan tetapi juga kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan dukungan kemajuan ilmu dan teknologi inilah, dapat membuahkan kesuksesan di bidang politik. Kemajuan yang telah diraih oleh bangsa Barat, tidak bisa dipisahkan dari peran Islam di masa keemasannya, yaitu masa kejayaan pemerintahan Islam di Spanyol. Di masa kejayaan Islam, para sarjana Barat banyak menimba ilmu di perguruan-perguruan Tinggi Islam Spanyol. Sehingga Islam merupakan “guru” bagi para sarjana Barat.
Kemajuan yang dialami Barat, memang bersumber dari khazanah ilmu pengetahuan dan metode berfikir Islam yang rasional. Para sarjana Barat dalam perkembangan akademiknya di perguruan tinggi Spanyol, banyak menterjemahkan karya-karya ilmiah umat Islam. Hal ini dimulai sejak abad ke-12 M.[12]
Spanyol merupakan tempat strategis bagi Barat dalam menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, perekonomian dan interaksi peradaban antar negara. Orang-orang Barat telah menyaksikan kejayaan yang telah diraih umat Islam di Spanyol terutama dalam pengembangan pemikiran, sains, dan pembangunan fisik.
Yang terpenting adalah pemikiran Ibn Rusyd yang mereka adopsi. Substansi pemikirannya adalah melepaskan diri dari belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir dengan mengulas pe,ikiran Aristoteles secara memikat. Ia mengedepankan sunnatullah menurut pengertian Islam terhadap pantheisme dan anthropomorphisme Kristen. Sedemikian besar pengaruhnya di Barat, sehingga muncul gerakan Averroeisme yang ditentang oleh pihak gereja. Gerakan Averroeisme inilah kemudian melahirkan reformasi di Barat (abad-16 M).
Pengaruh peradaban Islam termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rusyd disebabkan pada mulanya banyak pemuda-pemuda Kristen Barat belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol. Selama belajar di sana, mereka aktif menterjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan muslim, pusat penerjemahannya adsalah di Toledo. Setelah selesai merampungkan pendidikannya, mereka kemudian pulang ke negara masing-masing dan mengembangkan keilmuwannya di sana. Diantara pengembangan keilmuwan yang direalisasikan adalah mendirikan perguruan-perguruan tinggi dengan meniru pola Islam dan mengajarkan beragam ilmu pengetahuan yang telah didapatkan di perguruan-perguruan tinggi Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, kondisi ini yang memotivasi lahirnya reneissance pusaka Yunani, reformasi, dan rasionalisme di Barat. Berkembangnya pemikiran Yunani di Barat, melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari yang kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin.[13]
Abad ke-16 dan ke-17 M, adalah abad yang paling penting bagi Barat, sementara di dunia Islam abad tersebut merupakan abad kemunduran. Dengan lahirnya renaissance, Barat berusah mengejar ketertinggalannya dan berusaha bangkit.[14] Peradaban Islam (Spanyol) yang dijadikan parameter untuk perkembangan negara mereka. Bangsa Barat mencoba mempelajari dan menggali khazanah keilmuwan Islam yang telah mereka dapatkan selama belajar di Spanyol. Dari penyelidikan ini, banyak penemuan-penemuan dihasilkan dalam bidang ilmu pengetahuan dan kehidupan. Christoper Colombus pada tahun 1492 berhasil menemukan Benua Amerika dan Vasco da Gama pada tahun 1498 menemukan jalan ke Timur melalu Tanjung Harapan. Dengan dua macam temuan ini, Barat memperoleh kemajuan selangkah di dunia perdagangan. Dengan demikian mereka tidak perlu lagi tergantung pada jalur lama yang telah dikuasai oleh umat Islam. Terangkatnya perekonomian bangsa-bangsa Barat disusul pula dengan penemuan-penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Perkembangan tersebut semakin pesat pasca ditemukannya mesin uap yang berimplikasi pada lahirnya revolusi industri di Barat.
Pasca masa kolonialisme, diminasi Barat terus berlangsung dan semakin dinamis seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka kembangkan. Beberapa bidang yang dapat dirasakan dominasinya adalah, militer, politik, ekonomi, dan budaya. Hal ini menujukkan betapa besar efek yang dimunculkan dari dominasi Barat. Pengaruh besar yang ditanamkan pada bidang-bidang tersebut, telah mengantarkan Barat menjadi negara maju dan menguasai bidang-bidang kehidupan dunia.
Respon Islam Terhadap Dominasi Barat
Sebagaimana telah disebutkan, beragam benturan yang terjadi antara kekuatan Islam dan Eropa telah menyadarkan umat Islam dari keterpurukannya selama ini. Salah satu kejahatan terbesar menurut Hasan Hanafi yang dilakukan oleh bangsa Barat terhadap Islam adalah penjajahan terhadap negara-negara Islam.[15] Kejahatan ini berkaitan dengan lahirnya kolonialisme di Barat apad akhir abad ke-15.[16] Kemudian ditambah lagi dengan penyebaran paham distortif tentang Islam di awal-awal lahirnya orientalisme Barat.[17] Kipling seorang sastrawan terkenal Inggris (1865-1939) dalam artikelnya menulis, “Timur adalah Timur, dan Barat adalah Barat”. Artikel tersebut mengingatkan kita pula pada tesa Samuel P. Huntington yang dipublikasikan di tahun 1993 tentang benturan peradaban, yaitu benturan yang terjadi antara peradaban Barat disatu pihak, dan peradaban Timur dipihak yang lain, khususnya peradaban Islam.[18]
Dominasi Barat mulai merembak pasca renaissance Barat yang berlanjut hingga sekarang. Berikut penulis akan mengkalisifikasikan beberapa dominasi Barat dibeberapa bidang serta respon bagaimana respon Islam dalam hal ini.
1. Bidang militer
Di awal kebangkitan Eropa, salah satu hal yang dikembangkan di bidang militer adalah menciptakan persenjataan yang lebih baik dari persenjataan yang pernah diciptakan oleh Turki Usmani. Senjata yang dikembangkan dengan misiu pada masa Turki Usmani, lebih diperbaharui oleh Barat dengan didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang pesat. Teknologi perkapalan dan militer berkembang dengan pesat. Kondisi ini telah mengangkat Barat sebagai penguasa lautan dan bebas melakukan kegiatan perdagangan dan ekonomi ke berbagai penjuru dunia, tanpa ada perlawan berarti dari rival politiknya di masa itu. Sebaliknya kaum muslimin mengalami kemerosotan di segala bidang kehidupan. Mereka ketinggalan dalam industri perang yang padahal keunggulan Turki Usmani telah diakui keunggulannya dimasa-masa sebelumnya. Dengan kemoderenan teknologi, Barat mampu melancarkan pukulan terhadap wilaya-wilayah kekuasaan Islam, seperti kerajaan Mughal dapat ditaklukkan oleh Inggris.Daerah-daerah lain yang mulai dikuasai oleh Barat adalah Asia Tenggara, bahkan Mesir yang merupakan pusat peradaban Islam juga berhasil ditaklukkan oleh Napoleon Bonaparte dari Prancis pada tahun 1798 M. Benturan demi benturan yang dialami menyadarkan umat Islam bahwa mereka memang telah tertinggal jauh dari bangsa Barat.Kemajuan di bidang militer inilah kemudian dijadikan sarana oleh Barat dalam menancapkan kekuasaannya serta menjajah negara-negara lemah termasuk negara-negara Islam. Penaklukan demi penaklukan yang dilakukan Barat, mulai membuka mata kaum muslimin, bahwa mereka telah tertinggal jauh dari Barat.
Image yang kemudian muncul di lingkungan Islam adalah bahwa bangsa Barat adalah bangsa barbarian, bangsa yang suka mengeksploitasi sumber daya ekonomi, alam dan politik dengan membangun koloni-koloni, dan tak jarang penindasan-penindasan yang tidak berprikemanusiaan acap kali dilakukan dan merenggut banyak korban. Hingga sekarangpun, dalam benak umat muslim—sebagian besar diantaranya—setiap produk baru dalam bentuk apapun merupakan bagian dari misi kolonialisme Barat untuk kembali mencengkramkan kekuasaannya di seluruh dunia, khususnya wilayah-wilayah Islam. Bahkan ada yang mengidentikkan bahwa Barat itu adalah Kristen yang senantiasa mengumbar misi gerejanya untuk mengkristenkan umat sedunia. Inilah diantaranya respon umat Islam terhadap dominasi Barat yang dianggap telah banyak merugikan kaum muslim semenjak renaissence Barat. Secara terperinciUsaha untuk memulihkan kembali kekuatan umat Islam pada umumnya—yang dikenal dengan gerakan pembaharuan—didorong oleh dua faktor yang saling mendukung terhadap pemurnian ajaran Islam dari unsur-unsur penyebab kemundurannya dan menimba gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat. Pertama, seperti gerakan Wahhabi yang dipelopori oleh Muhammad Abd al-Wahab (1703-1787 M) di Arabia, Syah Waliyullah (1703-1762 M) di India, dan gerakan Sanusiyah di Afrika Utara yang dipimpin oleh Said Muhammad Sanusi dari aljazair. Gerakan ini menolak aksi militer yang dilakukan Barat yang menggunakan kemajuan teknologi militernya untuk mengusai bangsa lain yang dianggap lemah. Kedua, tercermin dari pengiriman pelajar muslim oleh penguasa Turki Usmani dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan dan dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan karya-karya Barat ke dalam bahasa Islam. Termasuk para pelajar India banyak yang menuntut ilmu ke Inggris. Mereka menganngap bahwa umat Islam harus membuka mata dan mulai membenahi diri dengan membekali diri dengan berbagai ilmu pengatahuan dan teknologi untuk mendongkrak diri dari keterpurukan.
2. Bidang Politik
Kebijakan-kebijakan politik dunia yang terbuhul dalam satu lembaga yaitu PBB seringkali menuai protes dan kecaman. Amerika sebagai salah satu pemegang hak veto memiliki pengaruh yang kuat serta paling mendominasi di lemabag tersebut. Banyak mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dianggap kontroversial. Pergolakan antara Palestina-Israel, yang memposisikan Amerika lebih memihak pada Israel, telah melhirkan kebijakan-kebijakan yang "bertepuk sebelah tangan". Irak yang di serang lantaran disinyalir memiliki senjata pemusnah massal, yang walaupun telah banyak ahli dikirim ke sana dan dari hasil investigasi tidak ditemukan adanya senjata pemusnah massal tersebut, tetap bersikeras menyerang Irak dengan tetap menuduh bahwa Irak memilikinya. Hal ini kemudian menuai berbagai kecaman dari berbagai negara belahan dunia. Utamanya Negara-negara Islam (khususnya kaum muslimin), mersepon keras hal ini. Sebagai implikasi dari hal ini, lahirlah kelompok perlawanan dengan berbagai macam nama, yang keberadaannya untuk melawan kekuatan Barat yang dianggap menindas. Di negara-negara Islam, hampir secara serempak melakukan demonstrasi menentang tindakan Amerika dan sekutunya. Bahkan ada yang melakukan aksi boikot terhadap berbagai produk Amerika dan sekutunya. Di Indonesia khususnya, aksi demonstrasi, boikot bahkan dibarengi tindakan anarkis dengan melakukan pengrusakan di kantor-kantor kedutaan Amerika dan sekutunya. Aksi ini mereka anggap sebagai aksi solidaritas atau ekspresi rasa empati terhadap saudara-saudara seiman yang telah dizalimi oleh pihak Amerika dan sekutunya.
3. Bidang Ekonomi
Krisis moneter yang melanda negara-negara berkembang, disikapi oleh Barat denganh menawarkan bantuan berupa kucuran dana kepada negara-negara berkembang untuk mendongkrak perekonomiannya yang terpuruk. Beberapa lembaga dunia yang menawarkan untuk memberikan suntikan dana antara lain World Bank, IMF, dan WTO. Tentu saja keberadaan lembaga-lembaga ini menuwai kecaman dengan berbagai argumentasi negatif. Salah satu argumentasi yang kerap dilontarkan adalah, bahwa melalui lembaga-lembaga tersebut, Amerika dan sekutnya ingin menancapkan pengaruhnya secara implicit yang secara tidak sadar menggiring suatu negara untuk dijadikan "sapi perah". Aksi penolakan ini terekspresikan melaui demonstrasi menolak keberadaan lembaga-lembaga tersebut. Hal ini juga memicu semakin tajamnya kebencian kelompok Islam tertentu terhadap Amerika dan sekutunya. Di awal tahun 2000 (pasca kerusuhan Ambon), muncul trend baru yang merupakan respon mereka terhadap Barat, yaitu aksi terror dan bom bunuh diri. Hal ini dianggap sebagai bagian dari jihad yang dianjurkan oleh syari'at Islam. Pada akhirnya terjadi peledakan-peledakan yang dipicu oleh aksi bom bunuh diri. Legian Bali yang digemparkan dengan diledakknya beberapa kafe dan diskotik yang menelan banyak korban, berlanjut meledaknya sejumlah mall di beberapa daerah seperti Jakarta dan Bandung, meledaknya hotel JB. Marriot, bom kuningan serta beberapa tempat lainnya. Aksi keras ini tentunya sangat mengkhawatirkan dan meresahkan, karena yang menjadi korban tidak hanya orang-orang yang dijadikan sasaran, tetapi juga rakyat Indonesia sendiri banyak yang menjadi korban.
4. Bidang Budaya
Banyak dari budaya Barat baik secara sengaja maupun tidak sengaja teradopsi oleh kalangan umat Islam, terutama budaya teknologi. Salah satu hal yang tetap mentadi tren hingga sekarang bahkan model yang ditampilkan lebih inovatif adalah budaya ulang tahun. Dari kalangan anak-anak hingga orang tua, sebagaian besar menyenangi budaya ini. Tahun-tahun yang dilewati teras tidak indah tanpa perayaan ulang tahun. Karena budaya ulang tahun merupakan produk Barat, maka hal ini oleh sebagian umat Islam diharamkan. Ulang tahun dianggap sebagai budaya Barat yang tidak pernah diajarkan dalam budaya Islam.
Kemudian budaya memperingati tahun baru masehi yang semaraknya melebihi peringatan tahun baru Islam
Dari keempat klasifikasi di atas, dapai dilihat beberap respon yang dilancarkan oleh umat Islam, yaitu ada yang menolak, menerima dan ada pula yang menerima secara selektif. Bagi kelompok yang menolak, respon yang diberikan antara lain, aksi demonstrasi, teror bom bunuh diri, aksi boikot dan sweeping. Hal ini diperkuat oleh data empiric sebagaimana yang panulis paparkan di atas. Mengkritisi dari aksi yang dilakukan oleh kelompok ini, ternyata lebih banyak mengundang kemudhorotan ketimbang maslahatnya. Sebagian besar orang banyak mengecam tindakan anarkis yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Yang menjadi korban malahan kebanyakan dari orang-orang yang bukan menjadi target. Pengrusakan bangunan yang sebenarnya juga malah menjadi beban bagi negara yang sedang terpuruk kondisi perekonomiannya. Aksi boikot terhadap beberapa tempat makan juga berdampak pada merosotnya pemasukan dari para pengelola dan suplyer, hal ini tentunya berimbas pada PHK karyawan. Padahal tempat-tempat tersebut bayak mempekerjakan orang, dengan adanya aksi boikot ini secara tidak langsung meningkatkan jumlah pengangguran. Kemudian lagi aksi pengeboman di beberapa tempat, contoh Bali telah memunculkan image negatif terhadap Indonesia sebagai sarang teroris, secara otomatis objek wisata yang terdapat di daerah tersebut menjadi sepi pengunjung, dan mulai melumpuhkan perekonomiannya. Sebenarnya yang dikembangkan oleh kelompok-kelompok ini adalah syari'at Islam yang bernuansa fiqh. Fiqh yang mereka pelajaripun beraneka ragam sumber rujukannya. Inilah kemudian yang menimbulkan beragam distingsi pemiliran yang menyebabkan umat Islam terkotak-kotak.
Apabila semua pihak (muslim dan non muslim) mau mebuka mata denga berkaca pada sejarah, maka akan kita temukan beberapa persamaan dan keterkaitan saling dukung antara muslim dan nonmuslim. Siapapun yang mendalami bidang filsafat peradaban, tentu akan memahami bahwa agama pada umumnya merupakan elemen dasar dalam pembentukan peradaban. [19] Jika demikian adanya, hal ini sesuai dengan realitas yang ada baik di Barat maupun di Timur, bahwa peradaban Islam dibangun di atas ajaran Islam sedangkan ajaran-ajaran Kristen merupakan salah satu pilar penting dalam pembentukan peradaban Barat. Barat pada umumnya tidak mengingkari hal itu, bahkan di beberapa negera Barat seperti Jerman dan Italia, beberapa partai besar menamakan dirinya sebagai partai Kristen.[20]
Sebagaimana kita ketahui, agama Kristen muncul pertama kali di Timur, sebelum akhirnya menyebagr ke wilayah lain termasuk Barat. Bahkan agama-agama samawi lainya juga lahir di Timur. Kita belum pernah mendengar ada agama samawi yang diturunkan di Barat, Isa al Masih sendiri menjalani seluruh hidupnya di Timur, termasuk pembangunan gereja-gereja Kristen juga diawali di Timur, jauh sebelum orang-orang Eropa mengenal ajaran tersebut.
Dari sini dapat dilihat bahwa relasi Barat dan Timur merupakan relasi antara anak dan induk. Jika ditelusuri akar agama Kristen di Timur dan di Barat, nyaris tidak ada keterputusan. Sementara disisi lain ketika muncul di abad ke-17 M, Islam terlihat tidak menampilkan sikap permusuhan terhadap agama samawi lainnya (Yahudi atau Kristen), bahkan di era keemasannya Islam membuka diri untuk menerima para pelajar dari Barat untuk menimba ilmu di negara Islam (Spanyol). Islam tetap mengakui keberadaan agam tersebut, hanya saja Islam menganggap dirinya sebagai serial terakhir dari agama samawi yang diturunkan. Ketika kita melihat dalam konteks pemikiran dan kebudayaan, maka akan tetap ditemukan relasi antara keduanya. Pada masa Khalifah al Ma’mun yang mendukung secara penuh untuk melakukan penerjemahan filsafat dan khazanah keilmuan Yunani ke dalama bahasa Arab yang selanjutnya dipelajari dan dikembangkan serta mengambil beragam manfaat yang terkandung di dalamnya. Personifikasi paling menonjol dari proses tersebut adalah Ibn Rusyd yang oleh orang-orang Eropa dijuluki sebagai “eksplanator” (al-syararih), berkat kontribusinya bagi dunia keilmuan dengan menerangkan khazanah filsafat Yunani, khususnya filasafat Aristoteles. Yang perlu dicatat adalah bahwa Barat (khususnya Eropa pada waktu itu) mulai mengenal filasafat Yunani, notabene melalui perantaraan filsafat Islam. Hal ini berarti kaum muslimin telah menyumbangkan saham dengan tetap menjaga dan memlihara filsafat Yunani dari kepunahan. Lebih dari itu, peradaban Islam telah hidup di benua Eropa (Andalusia) selama delapan abad, dan mewariskan peradaban yang kemudian berhasil dimanfaatkan Eropa dalam proses kebangkitan peradabannya.
Selain itu banyak pula orientalis yang memberikan kontribusi pemikiran dalam menata ulang beragam disiplin ilmu yang dimiliki oleh umat Islam terdahulu. Hal ini mereka lakukakn berdasarkan kesadaran yang utuh akan nilai dari literature-literatur yang mereka boyong dari negeri-negeri Islam. Misalkan pada tahun 1629 di Universitas Leiden Belanda, Julius—seorang orientalis terkenal—beserta muridnya Varner membawa ratusan literature dari wilayah Timur, hal inilah mengawali perpustakaan di Eropa mengikuti jejak ini. Ekspansi Napoleon ke Mesir pada tahun 1798, walaupun semakin memperkuat cengkreman Eropa terhadap Timur, akan tetapi semakin memperkaya literature Barat yang di ambil dari Timur yang banyak membantu dan memperlancar proses dtusi kearaban di Eropa. Termasuk kontribusi terbesar kaum orientalis adalah diterbitkannya ensiklopedi besar berjudul Geschicte des Arabischen Literatur oleh Carl Brokelmann pada tahun 1959 yang menghabiskan waktu lima puluh tahun. Kemudian lagi apresiasi kaum orientalis terhadap warisan keilmuan Islam yang telah mereka pelajari, diantaranya komentar Postel seorang ahli kedokteran asal Prancis yang mengatakan bahwa, tak seorangpun yang dapat menepis sarana pengobatan kedokteran Arab, sebab apa yang tela ditulis oleh Ibn Shina dalam satu atau dua halaman ternyata lebih besar manfaatnya daripada apa yang ditulis oleh Jalinus dalam lima atau enam jilid buku.[21]
Demikianlah keterkaitan Timur dan Barat telah terbuhul erat secara perlahan lewat beberapa kesempatan. Keterkaitan ini terjadi secara langsung tanpa ada rekayasa. Gambaran di atas telah mendeskripsikan relasi keagamaan yang erat antara Timur dan Barat. Hingga sekarangpun relasi antara keduanya masih tetap berlangsung. Di bidang keilmuwan dan kebudayaan, Eropa dewasa ini telah mengembangkan pemahaman positif akan Timur. Sebutlah semisal, apa yang diungkapkan oleh menteri luar negeri Inggris, Robin Kock, dalam sebuah orasinya di Pusat kegiatan Syi’ah Islamiyah di London, “Sesungguhnya akar pedaban kami (baca:Barat) tidak hanya berasal dari Romawi-Yunani semata, tetapi juga berasal dari Islam.” Hal senada juga disampaikan oleh Pangeran Charles, Putra mahkota inggris, bahwa ikatan yang menghubungkan Barat dan Islam jauh lebih kuat dari keretakannya.[22]
Persamaan-persamaan ini atau berbagai titik temu yang terdapat daalm peradaban Timur dan Barat, tentunya diharapkan dapat mendialogkan kedua peradaban ini yang pada beberapa masa yang lewat telah diselimuti oleh hubungan disharomis dan berkembangnya sikap eksklusif diantara keduanya. Dialog antar keduanya dimaksudkan untuk kembali menjalin hubungan harmonis keduanya agar dapat hidup berdampingan dan bekerja sama yang simbiosis mutualistik, dengan melihat kesamaan-kesamaan yang dimiliki. Edward W. Said mengatakan, bahwa jika sejarah pengetahuan tentang Islam di Barat telah terbuka berkait dengan penaklukan dan dominasi, maka tibalah saatnya kaitan-kaitan itu dibongkar secara menyeluruh.[23] Gambaran-gambaran ini sekaligus menunjukkan kelemahan dari tesis Huntington dan Kipling tentang kemustahilan pertemuan peradaban Timur dan Barat.[24] Dan sesungguhnya dengan adanya keterkaitan-keterkaitan tersebut, maka Barat dan Timur dapat kembali memperbaikai hubungan dalam segala hal.
PENUTUP
Sudah seharusnya seluruh agama memiliki tujuan dasar bersama dalam hal membangun masyarakat dunia yang diselimuti perdamaian. Masyarakat dunia yang setiap komponenya saling bahu-membahu mewujudkan kebaikan bagi umat manusia hal ini dapat tercipta tentunya dengan menghilangkan sikap eksklusif dan saling melempar tuduhan yang diskriminatif. Barat dan Timur pada dasarnya memiliki relasi yang sangat kuat apabila kita melihat dari lintas sejarah, yaitu satu sama lain saling mengisi dan saling menyempunakan.
Pada dasarnya wawasan perdamaian haruslah ditumbuh kembangkan secara subur antar keduanya, dengan memahami posisi satu sama lain, yang secara eksplisit akan mendekatkan keduanya pada tujuan perdamaian.
Keika Islam menyerukan pentingnya mengenal pihak lain, hidup damai berdampingan, saling berinteraksi berdasarkan prinsip-prinsip keadilan dan tidak saling ganggu satu sama lainnya, atau meminjam istilah al-Qur'an, "….Dari diri yang satu" (QS. An-Nisa [4] : 1).
Pandangan objektif antara keduanya, yang terbebas dari premis-premis masa lalu, dengan sendirinya akan dapat menghilangkan asumsi-asumsi yang menyimpang. Sementara itu tanggung jawab memperkenalkan wajah asli Islam juga akan banyak membantu pihak lain untuk lebih mengenal dan memahami Islam menuju kesepemahaman bersama, etos saling menghormati, dan etos saling membantu yang efektif. Dengan demikian kita semua telah menyumbangkan kontribusi bagi terbentuknya wawasan perdamaian.
BIBLIOGRAFI
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam,Jilid 2, Jakarta : Pustaka Alhusna, 1983, cetakan pertama.
Abu’l-Hasal Ali al-Nadwi, Islam Membangun Peradaban Dunia, Jakarta : Pustaka Jaya-Djambatan, 1988.
Ahmad Syalabi, Mausu’ah al Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, jilid 4, Kairo : Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, 1979.
Alexander Ross, The Propheth of Turk and Author of the Al Coran.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT. Raja Grasindo Persada, 1993.
Burhanuddin Daya, Agama Dialogis : Merenda Dialektika Idelita dan Realita Hubungan Antaragama, Yogyakarta : LKiS, 2004.
Carl Brocklemann, History of the Islamic Peoples, London : Rotledge & Kegan Paul, 1980.
Carl Broskelmann, History of the Islamic Peoples, London : Routledge & Kegel Paul, 1982.
Edward W. Said, Orientalism, 1978; reprint ed., Middlesex : Penguin Books, 1985.
Hasan Hanafi, “Madha Ya’ni al-Yasar al-Islami”, dalam Al-Yasar al-Islami, Kairo.
Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam al-Sitaasi wa al-Tsaqafi wa al-Ijtima’i, Kairo : Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, tt.
Immanuel Wallerstein, Historical Capitalism (1983), setakan kedua ; London, Setfor Press, 1984.
J.B. Burry, Sedjarah Kemerdekaan Berpikir, Djakarta : PT. Pembangunan, 1963.
K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, (Yogyakarta : Kanasius, 1986, cetakan kelima.
Mahmud Hamdi Zaqzuq "Al-Istusyraq wa al-Khalifah al-Fikriyyah li al-Shiraa' al-Hadlaan"' Dar al-Ma'arif, 1997.
Mahmud Hamdi Zaqzuq, Reposisi Islam diEra Globalisasi, terjemahan dari Al Islam fi ‘Ashar al-Aulamah, Yogyakarta : LKis, 2004.
Majid Fakhri, Sejarah Filsafat Islam, Jakarta : Pustaka Jaya, 1986.
Pangeran Charles Disampaikan dalam pidato resminya pada tanggal 27 Oktober 1993 di Pusat Studi Islam Oxford University, dengan judul “Islam dan Barat”.
Philip K. Hitti, History of the Arabs, London : Macmillan Press, 1970.
S.I. Poeradisastra, Sumbangan Islam Kepada Ilmu & Peradaban Dunia, Jakarta : P3M, 1986.
S.M. Imanuddin, Muslim Spain : 711-1492 A.D., Leiden :E.J. Brill, 1981.
Samuel P. Huntington, Benturan Antar Peradaban, Masa Depan Politik Dunia, dalam, Agama dan Dialog antar Peradaban, ed. M. Nasir Tamara danElza Peldi Taher, (Jakarta : Paramadina, 1996), hal. 3-34.
Southerm, Westen Views of Islam in the Middle Ages.
[1] Tentang perjalanan dan perkembangan Barat serta hubungan keilmuannya denga Timur baca Carl Broskelmann, History of the Islamic Peoples, (London : Routledge & Kegel Paul, 1982). Atau baca juga Burhanuddin Daya, Agama Dialogis : Merenda Dialektika Idelita dan Realita Hubungan Antaragama, (Yogyakarta : LKiS, 2004).
[2] Dalam proses penaklukan Spanyol, ada tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa satuan-satuan pasukan yang dikirim ke sana. Meraka itu adlah, Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nushair. Tharif ibn Malik dapat dikatakan sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyebrangi selat yang berada antara Maroko dan benua Barat dengan satu pasukan perang yang berjumlah lima ratus orang dan diantaranya adalah pasukan berkuda yang menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Baca A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam,Jilid 2, (Jakarta : Pustaka Alhusna, 1983, cetakan pertama), hal. 158.
[3] Philip K. Hitti, History of the Arabs, (London : Macmillan Press, 1970), hal. 493.
[4] Carl Brocklemann, History of the Islamic Peoples, (London : Rotledge & Kegan Paul, 1980), hal. 83.
[5] Ibid. hal. 14
[6] Ada enam periode pemerintahn Islam yang berlangsung di Spanyol, untuk lebih lengkapnya baca Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : PT. Raja Grasindo Persada, 1993), hal. 93-100
[7] Majid Fakhri, Sejarah Filsafat Islam, (Jakarta : Pustaka Jaya, 1986), hal. 38.
[8] Ciri khasnya adalah kejelian dalam menafsirkan masalah-masalah Aristoteles dan kehati-hatiannya dalam menggeluti masalah menahun tentang keserasian antara filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dan mengarang sebuah kita berjudul Bidayah al-Mujtahid, dan banyak dijadikan rujukan di pesantren-pesantren di Indonesia. Badri Yatim, Sejarah ……, hal.101-102.
[9] Abbas ibn Farnas adalah seorang ahli ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia berhasil membuat teropong modern dan dapat menentukan waktu terjadinya gerhana. Ahmad ibn Ibbas dari Cordoba adalah ahli dibidang obat-obatan. Ibn Jubair seorang ahli sejarah. Ibnu Khaldun seorang perumus filsafat sejarah dan lain-lain. Ahmad Syalabi, Mausu’ah al Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, jilid 4, (Kairo : Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, 1979), hal. 86.
[10] S.M. Imanuddin, Muslim Spain : 711-1492 A.D., (Leiden :E.J. Brill, 1981), hal. 9.
[11] Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam al-Sitaasi wa al-Tsaqafi wa al-Ijtima’i, (Kairo : Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, tt.), hal. 428.
[12] S.I. Poeradisastra, Sumbangan Islam Kepada Ilmu & Peradaban Dunia, (Jakarta : P3M, 1986), hal. 70.
[13] K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, (Yogyakarta : Kanasius, 1986, cetakan kelima), hal.32. Tentang sejarah Renaissance baca J.B. Burry, Sedjarah Kemerdekaan Berpikir, (Djakarta : PT. Pembangunan, 1963), hal. 63-82.
[14] Abu’l-Hasal Ali al-Nadwi, Islam Membangun Peradaban Dunia, (Jakarta : Pustaka Jaya-Djambatan, 1988), hal. 220.
[15] Lihat Hasan Hanafi, “Madha Ya’ni al-Yasar al-Islami”, dalam Al-Yasar al-Islami, Kairo : 1981, hal.27
[16] Immanuel Wallerstein, Historical Capitalism (1983), setakan kedua ; London, Setfor Press, 1984, hal 19.
[17] Karya-karya distortif tentang pemahaman Islam dapat dilihat, diantaranya dalam tulisan Southerm dalam bukunya Westen Views of Islam in the Middle Ages. Southerm menulis, "Orang Kristen ingin agar Timur dan Barat Eropa bersepakat bahwa Islam adalah Kristen yang sesat." (hal. 91-92, 108-109). Kemudian Alexander Ross (1653) menerbitkan buku-buku yang lebih banyak menghujat Islam daripada memaparkan apa adanya. Ia misalkan menulis buku The Propheth of Turk and Author of the Al Coran. Dalam bukunya ia sering kali menggunakan kata-kata kasar, seperti The Great Arabian Imposter, The little horn in denial, Arabian swine, Goliath, Grant hypocrite, Great thief.
[18] Samuel P. Huntington, "Benturan Antar Peradaban, Masa Depan Politik Dunia", dalam, Agama dan Dialog antar Peradaban, ed. M. Nasir Tamara dan Elza Peldi Taher, (Jakarta : Paramadina, 1996), hal. 3-34.
[19] Mahmud Hamdi Zaqzuq, Reposisi Islam diEra Globalisasi, terjemahan dari Al Islam fi ‘Ashar al-Aulamah, (Yogyakarta : LKis, 2004), hal35-36.
[20] Ibid., hal. 36.
[21] Ibid., hal. 65. Lihat pula karya penulis, "Al-Istusyraq wa al-Khalifah al-Fikriyyah li al-Shiraa' al-Hadlaan"' Dar al-Ma'arif, 1997, hal. 30. Dalam bidang sastra secara umum, seorang orientalis asal Jerman juga melantunkan nada yang sama tentang keunggulan keilmuan Islam, dengan pernyatannya, bahwa siapapun yang membaca tarikh adab pasti akan berdecak kagum ketika melihat betapa banyak pakar sejarah dan adab di dunia Timur. Dan masih banyak lagi komentar-komentar positif lainnya.
[22] Disampaikan dalam pidato resminya pada tanggal 27 Oktober 1993 di Pusat Studi Islam Oxford University, dengan judul “Islam dan Barat”.
[23] Edward W. Said, Orientalism, (1978; reprint ed., Middlesex : Penguin Books, 1985), hal. 2.
[24] Kipling merupakan seorang tokoh yang mendukung secara fanatik ide-ide penjajahan. Akan halnya Huntington barangkali juga merupakan pendukung ide-ide penjajahan sebagaiaman Kipling akan tetapi dalam bentuk baru lewat kemasan globalisasi, serta mengenakan baju tatanan internasional baru. Mahmud Hamdi Zaqzuq, Reposisi……., hal. 35.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar